Obrolanku dengan Bapak sais andong atau delman atau biasa juga disebut dokar. Hari itu malam Jumat ketika ada teman karib dari ibu kota dan anaknya berkunjung ke Yogyakarta, anak temanku ingin naik kuda jadilah kita ke Malioboro menyewa andong untuk berkeliling kota malam hari melewati jalanan malioboro yang sudah tertata lebih rapi dan apik serta melewati alun-alun utara yang nantinya kembali lagi ke jalan malioboro, lengang di perjalanan saya memulai obrolan dengan bapak sais itu yang aku pun lupa menanyakan namanya. yang kutanya pertama kali hanyalah dimana rumah tinggalnya (obrolan menggunakan bahasa Jawa kromo inggil tapi disini aku tulis menggunakan bahasa Indonesia agar semua kalangan bisa memahami). Ditaksir usianya sekitar lebih dari 60 tahun dengan penampilan bersahajanya menggunakan baju lurik khas Jawa.
Isi obrolan kami kurang lebih begini (hee...kubuat verbatim ya karena ini lagi "mendem" verbatim)
Saya : Bapak tinggal dimana?
Bapak : Tinggal di daerah Pleret mbak
Saya : Wah jauh ya itu kan daerah Imogiri sana setelah ring road selatan
Bapak : Iya mbak terus saja ke selatan
Saya : Bapak pulang pergi naik andong ini
Bapak : Iya mba
Saya : Biasanya selesai jam berapa Pak nariknya dan pulang jam berapa
Bapak : Ya biasanya jam 11 malam
Saya : Jadi keesokannya kalau Bapak mau berangkat narik lagi ya naik andong lagi Pak
Bapak : ya iya mba
Saya : Jam berapa Pak biasanya Bapak jalan dari rumah
Bapak : ya biasanya sorean mbak, sekitar habis ashar karena kan paginya saya harus mengerjakan yang lain ini buat tambah-tambah seperti bertani
Saya : Bapak sudah berapa lama narik Andong ini
Bapak : Wah sudah lama sekitar 35 tahun
Saya : (dalam hati wah usia andong dan pekerjaan Bapaknya narik melebihi usia saya heee....) Tetapi andongnya sudah beberapa kali ganti kan Pak
Bapak : Oh iya mba, dulu saya narik andong awalnya untuk antar orang-orang atau ibu-ibu ke Pasar, itu hasilnya sudah lumayan tapi sekarang tidak terlalu jadi ya tambah untuk menarik begini
(Sebenarnya obrolanku dan Bapak Sais ini lebih panjang dan greget, tapi kupotong dari sisi ini)
Kisah Bapak tadi menginspirasiku bahwa Usia tidak menjadi penghalang untuk tetap bekerja walapun bertani tetap juga semangat mencari nafkah dari sisi lain yang penting halal, selain itu dengan berkembangnya jaman dan berkembangnya transportasi menuntut beliau harus kreatif mencari jalan rejeki yang lain dengan tetap menjaga dan memegang kuat akar budaya tradisi
Komentar
Posting Komentar