Budaya Organisasi (Corporate Culture)
Seperti khasnya tulisan saya, akan saya utarakan dulu mengenai hal yang melatarbelakangi mengapa saya menulis mengenai budaya organisasi ialah karena tidak semua karyawan atau pekerja di sebuah organisasi memahami dan menginternalisasi budaya organisasi dimana dia tinggal dan menyumbangkan ide dan pemikirannya.
Ada dua sisi yang saya tangkap yaitu dari sisi karyawan yang baru mulai memberikan sumbangsih di sebuah organisasi dan sisi yang lain ialah karyawan yang sudah berpengalaman di lebih dari satu atau dua organisasi dia pernah berkontribusi.
Sisi "newbee" or "fresh graduate" budaya organisasi ialah sebagai hal yang baru, perlu penyesuaian tidak singkat seperti membalikkan telapak tangan, ironisnya pada sisi ini yang tidak dapat menyesuaikan diri tidak cepat beradaptasi dengan budaya perusahaan, dengan mudahnya akan mengundurkan diri dari organisasi tersebut, generasi tersebut dengan mudahnya dan idealisme diri akan menghindari yang mereka rasa mungkin budayanya tidak cocok dengan diri pribadi.
Selanjutnya sisi "si pengalaman" or "experience" terkadang tidak semua memahami bahwa budaya organisasi satu dengan organisasi lainnya berbeda. Mereka masih tebayang-bayang dengan budaya organisasi di tempat sebelumnya, mereka bawa budaya yang dirasa nyaman bagi diri mereka ke sebuah organisasi baru, atau yang lebih ekstrim mereka merusak budaya organisasi yang sudah ada dan menggantinya dengan budaya lain dari perspektif sendiri, sekali lagi dari "perspektif sendiri" itu yang keliru.
Dua sisi yang telah diutarakan sebelumnya hanya dari sisi karyawan atau pekerja dalam sebuah organisasi, kita perlu menilik juga dari sisi pemilik organisasi tersebut. Budaya organisasi harus makna bersama, jadi kita tidak dapat memisahkan antara si pemilik organsiasi dengan pekerja di dalamnya. Ketika budaya organisasi yang telah dirancang justru menghambat pekerja, si pemiliki organisasi hendaknya aware dengan hal tersebut.
Untuk lebih jelasnya berikut beberapa hal yang berkaitan dengan budaya organisasi, yang dimana dapat dijadikan pandangan oleh anggota dalam organisasi.
Pertama dimulai dari pengertian Budaya Organisasi.
Budaya organisasi
adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi
dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik
kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_organisasi).
Menurut Robbins
(1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi itu.
Komponen-komponen Budaya Organisasi adalah sebagai berikut:
1) Asumsi
dasar
2) Seperangkat
nilai dan keyakinan yang dianut
3) Pemimpin
4) Pedoman
mengatasi masalah
5) Berbagai
nilai
6) Pewarisan
7) Acuan
perilaku
8) Citra
dan brand yang khas
9) Adaptasi
Selanjutnya Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya organisasi adalah sebagai berikut :
1) Kebijakan
perusahaan (Corporate Wisdom)
2) Gaya
perusahaan (Corporate Style)
3) Jati
diri perusahaan (Corporate Identity)
Perusahaan perlu untuk segera mengubah budaya organisasi yang dimilikinya ketika dalam situasi sebagai berikut:
a. Bahwa
perubahan-perubahan fundamental dibutuhkan dalam banyak sistem-sistem yang
sudah ada di perusahaan.
b. Ingin
mengubah strategi untuk pengembangan perusahaan ketika sudah banyak pesaing/
competitor.
c. Budaya
yang sudah ada dirasa kurang efektif untuk kemajuan perusahaan.
Jika budaya organisasi perlu dilakukan perubahan, maka perusahaan atau organisasi harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dari
atas (pemilik dan manajemen)
b. Dari
bawah (masyarakat atau karyawan)
c. Kompromi
dari atas dan dari bawah
Perubahan budaya organisasi tidak dapat terjadi dengan sukses tanpa mengubah sistem, struktur, teknologi, dan keterampilan yang mendukungnya, pemimpin berkualitas, yang mampu mengelola melintasi batas-batas, sangat penting untuk membangun budaya berkinerja tinggi. Budaya ini perlu informasi lebih lanjut, kerjasama, negosiasi, komunikasi yang efektif, inovasi, kreativitas serta kepemimpinan yang baik dan keterampilan teknologi, keterampilan interpersonal yang sangat baik, gain sharing, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan pembelajaran yang berkelanjutan sangat penting untuk etos organisasi baru ini. Nah, poin terakhir tadi itu merupakan sumber masalah dari "dua sisi" yang tadi sudah dipaparkan mengenai fresh graduate & experience yaitu "adaptasi dan pembelajaran yang berkelanjutan".
Oleh karena itu, peningkatan tekanan pada organisasi untuk mengubah memerlukan perspektif strategis perubahan yang meningkatkan kongruensi antara lingkungan mereka, strategi, dan desain.
Jadi bukan perspektif pribadi itu salah besar.
Ini sudah hampir akhir tahun, mari semua anggota organisasi sama-sama evaluasi diri, apa yang akan kita jalankan ditahun depan, apakah salah satunya perlu ada "refreshment dalam budaya organisasi?".
Komentar
Posting Komentar